Modal Yang Di Setor BRI Senilai Rp.300 Miliar Untuk LinkAja – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI akan menyetor modal sebesar Rp300 miliar pada PT Fintek Karya Nusantara alias Finarya jadi pengelola aplikasi pembayaran nontunai punya pemerintah, LinkAja. Bermodalkan itu, jadi perseroan akan memegang 19 prosen saham LinkAja.
” S/d sekarang kami masihlah di tempat yang sama, kami 19 prosen (saham LinkAja) more or less (sekitar modal yang disetor) Rp300 miliar, ” kata Direktur Penting BRI Suprajarto di kantornya, Rabu (15/5) .
Dia memaparkan pemerintah udah mendistribusikan jumlah saham buat perbankan plat merah yang terkait dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) . Kecuali BRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, serta PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk akan juga memegang saham LinkAja.
Kecuali Himbara, saham LinkAja pasti juga dipunyai oleh PT Pertamina (Persero) serta PT Telekomunikasi Seluler (Persero) Tbk atau Telkomsel.
Meski demikian, alokasi ini dapat beralih. Karena dia memaparkan apabila Menteri BUMN Rini Soemarno ingin apabila beberapa perusahaan plat merah yang lain turut masuk jadi pemegang saham LinkAja.
Perusahaan yang tengah dikaji pemilik saham LinkAja kecuali Himbara adalah perusahaan BUMN yang beroperasi di sektor angkutan, yaitu PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, PT Layanan Marga (Persero) Tbk, serta PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) .
” Kami akan sesuai apa yang direncanakan ibu menteri (Menteri BUMN Rini Soemarno) . Ke depan akan dibagi dengan BUMN berkaitan seperti KAI, Layanan Marga, dll, ” tuturnya.
Awal kalinya, Deputi Layanan Keuangan, Survey serta Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo pastikan peluncuran LinkAja akan dikerjakan pada 23 Juni 2019 waktu depan. Launching aplikasi ini udah mundur dari agenda awalnya pada Minggu (5/5) yang lalu.
Dia pula memaparkan jika pemerintah tengah memperhitungkan keikutsertaan KAI serta Layanan Marga jadi pemegang saham LinkAja.
Akuisisi Asuransi Umum Tuntas Juni
BRI membidik proses akuisisi perusahaan asuransi umum tuntas dalam akhir Juni 2019 waktu depan.
Suprajarto memaparkan perubahan proses akuisisi asuransi umum itu masih sesuai agenda yang direncanakan perseroan. Perseroan mengharapkan proses akuisisi bisa diakhiri dalam kurun waktu dua bulan. Sayangnya, dia belum menyampaikan nama perusahaan asuransi umum itu.
” Saat ini bulan Mei, mungkin bulan Juni, Juni akhir lah. Kalaupun dapat tambah cepat ya tambah cepat, ” tuturnya.
Dia memaparkan proses akusisi udah masuk stage due diligence dengan faksi asuransi umum. Untuk akusisi ini, perseroan siapkan dana lebih dari Rp1 triliun.
” Telah due dilegence, telah hampir selesai. Tinggal kami negosiasi harga nya, ” katanya.
Searah dengan itu, perseroan memiliki rencana untuk menerbitkan surat utang (obligasi) sebesar Rp5 triliun. Launching obligasi ini direncanakan bisa dilakukan pada semester II 2019.
Dana yang disatukan dari obligasi itu akan diperlukan perseroan untuk mewujudkan tujuan usaha yang udah diputuskan dalam Ide Usaha Bank (RBB) tahun ini.
” Itu untuk ekspansi credit, untuk yang jatuh tempo, banyak lah, ” tuturnya.
Pada 2018 lalu, BRI sukses mencatat laba bersih sebesar Rp32, 4 triliun. Realisasi ini bertambah 11, 6 prosen dari tempat 2017 lalu yang sebesar Rp29 triliun.
Dari laba itu, perseroan setuju untuk gunakan setengahnya jadi dividen pada pemegang saham atau sebesar Rp16, 17 triliun. Dan bekasnya diperlukan jadi saldo modal ditahan untuk keperluan ekspansi usaha perusahaan.